Loading

06 April 2012

FACEBOOK BIKIN "GERAH" OPERATOR

Sejak beberapa tahun terakhir, keberadaan situs jejaring sosial turut mendonkrak trafik layanan data operator. Diakui atau tidak, operator turut menuai keuntungan dari hadirnya Facebook atau Twitter. Termasuk juga layanan chatting seperti Blackberry Messenger (BBM).

Sayang, keuntungan yang diperoleh operator relatif kecil. Terutama jika dibandingkan dengan pendapatan perusahaan yang berbisnis dengan menumpang di atas jaringan operator atau biasa disebut over the top (OTT).


Menurut Presiden Direktur dan CEO Indosat Harry Sasongko dalam suatu kesempatan di Jakarta, revenue OTT tumbuh signifikan berbanding lurus ke atas seiring terus meningkatnya trafik data. Sementara pendapatan operator hanya naik sedikit lantaran terus merogoh kocek untuk menjaga kualitas jaringan.

Hal tersebut senada dengan penuturan sebagian besar operator yang umumnya merasa gerah lantaran pemain OTT bisa menikmati jaringan yang mereka bangun. Operator harus mengucurkan baya triliyunan untuk infrastruktur jaringan, sementara pemain OTT bisa mendulang laba tanpa harus mengeluarkan biaya atau membayar fee pada operator.

Johnny Swandi Sjam, Ketua Komite tetap Bidang Telekomunikasi Kadin Indonesia turut bersuara terkait kondisi yang terjadi. Menurutnya OTT akan menjadi salh satu faktor yang bakal membebani jaringan operator di tahun mendatang lantaran memberikan akses gratis.

Ia menambahkan, OTT biasanya menumpang diatas infrastruktur jaringan operator dengan biaya operasional serta CAPEX yang sangat rendah. Artinya pemain OTT yang notabene perusahaan teknologi informasi (TI) global ikut mengais rejeki tanpa perlu mengeluarkan modal di negeri ini.

Jika dicermati lebih jauh, layanan gratis yang dijalankan pemain OTT justru menggerus pula generator penghasilan operator yang lain seperti voice dan sms. Chatting dan layanan VOlP yang memiliki fungsi serupa bisa dinikmati dengan minim biaya.

Ujung-ujungnya operator semakin meradang dan mendesak solusi yang lebih menguntungkan. Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika Kementerian Kominfo, Muhammad Budi Setiawan turut merasakan kekhawatiran operator. 

Lebih jaul Budi mengungkapkan jika pemerintah sudah mulai memperhatikan kekhawatiran operator dan keberadaan OTT. "Permasalahan ini sudah menjadi perhatian global, tahun lalu sudah muncul, dan sekarang kian menajam," ujarnya.

Belakangan, pemerintah tengah mendalami regulasi yang mengatur interkoneksi antara operator telekomunikasi dan OTT. Terkait regulasi, pemerintah memantau perkembangan global yang juga mengalami permasalahan serupa. "Hampir semua negara sedang membahas hal ini. Mulia dari Spanyol juga Amerika yang menjadi basis industri," tutur Budi.

Di sisi berbeda, XL Axiata (XL) justru menganggap keberadaan OTT sebagai peluang bisnis baru. OTT jangan dilihat sebagai ancaman, namun sebagai peluang bisnis baru. OTT harus digandeng agar bisa tumbuh signifikan sesuia dengan lonjakan tren data," ujar Hasnul Suhaimi.

Hasnul memprediksi pertumbuhan industri telekomunikasi 2012 sekitar 8-9 persen sementara di sektor layanan data dan interne lebih dari 100 persen. UNtuk menyikapinya dan menghemat biaya, XL menerakan sharing infrastruktur dan mengubah skema paket dari unlimitid menjadi limited.

No comments:

Post a Comment