Lahir: 1964, Glasgow, Scotland
Pendidikan:
1982-1986: Print Design and Illustration, Glasgow college of Building and Printing
2001-2003: Animation and Illustration James Watt College.
Adakah yang bisa membuat sebuah lukisan dengan hanya menggunakan pensil
namun hasilnya benar-benar persis foto aslinya? Bukan hanya mirip, tapi
persis sampai detail-detailnya? Ternyata ada yang bisa!
Paling tidak, itu telah dibuktikan oleh PAUL CADDEN, seniman berumur 47
tahun asal Glasgow, Skotlandia. Dia mampu melukis foto dengan begitu
detail seperti aslinya. Baik ketika obyek lukisannya itu adalah sosok
yang sedang merokok plus asapnya, air yang menetes dari lelaki yang
membasuh muka, juga wajah wanita serta detail foto tubuh wanita
telanjang sekalipun, incredible!
Aliran seni (lukis) ini disebut "Hyperralism" - jika diIndonesiakan
mungkin bisa menjadi hiperrealisme, yang lahir dari ide melukis berbasis
fotografi yang dituangkan dalam medium non-fotografi. Paul membutuhkan
waktu rata-rata antara tiga sampai enam minggu untuk menyelesaikan
karyanya. Beberapa tahun belakangan ini, dia telah menyelesaikan tujuh
buah lukisan jenis ini, yang biasanya dia buat dalam ukuran A1 atau A0.
Di galeri masing-masing karyanya dihargai sekitar £ 5,000 ( lima ribu
poundsterling).
Tentu saja butuh proses perjuangan yang panjang bagi Paul untuk mencapai tahap ini. Penerima penghargaan Artis Of The Year 2011 di negerinya ini mengungkapkan bahwa di telah mulai menggeluti seni lukis sejak berumur 6 tahun. Menurutnya, karya Hyperrealism lebih lebih mendekatkan diri pada sebuah emosi dan berdampak pada sosial budaya, agak berbeda dengan photorealism yang akan lebih banyak pengaruh teknik (fotografi) di sana.
Tentu saja butuh proses perjuangan yang panjang bagi Paul untuk mencapai tahap ini. Penerima penghargaan Artis Of The Year 2011 di negerinya ini mengungkapkan bahwa di telah mulai menggeluti seni lukis sejak berumur 6 tahun. Menurutnya, karya Hyperrealism lebih lebih mendekatkan diri pada sebuah emosi dan berdampak pada sosial budaya, agak berbeda dengan photorealism yang akan lebih banyak pengaruh teknik (fotografi) di sana.
Sebuah kalimat yang selama ini menjadi inspirasinya adalah "to intensify the normal" yang jika boleh diterjemahkan kurang lebih maknanya adalah mengintesifkan sesuatu yang normal/apa adanya. Setiap hari direkamnya gambar dan adegan sosok-sosok di sekitarnya, lalu dilukis ulang dengan kedalaman emosi, itulah yang menurutnya mampu menghasilkan keindahan tersendiri. Fokusnya pada segala aspek dan detail yang akan mempengaruhi hasil karyanya, membuat Paul begitu mencurahkan cinta pada prosesnya, bahkan sangat mencintai hasil lukisannya itu.
Sebuah tambahan darinya bahwa Ia selalu berusaha untuk mengetahui segala riwayat berkaitan dengan obyek yang difotonya, terutama cerita apa di balik wajah-wajah yang dilukisnya. Dan yang membuat aliran ini terlihat beda dan menakjubkan adalah penggunaan media untuk menggoreskannya adalah di dominasi oleh pensil, meski ada sedikit airbrush di sana. Anda boleh tak percaya, karyanya terlihat seperti sebuah karya foto hitam putih, namun itu adalah benar-benar sebuah lukisan pensil. Dan orang yang menciptakannya sepenuh cinta itu adalah Paul Cadden, yang menyebut aliran seninya sebagai "Hyperrealism".
No comments:
Post a Comment