Loading

14 December 2013

Biority, Teknologi PU Mengolah Air Limbah Domestik

Salam hangat pembaca yang budiman dimanapun anda berada. Kali ini saya akan mengulas tentang perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) yang dapat memberikan solusi atas permasalahan Air Limbah Domesik yang berasal dari limbah buangan permukiman (perumahan) padat penduduk. Mari simak ulasan lebih jauh tentang “Biority, Teknologi PU Mengolah Air Limbah Domestik”, semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan.
Pertumbuhan penduduk di Indonesia terbilang tinggi setiap tahunnya. Jumlah penduduk Indonesia merupakan ke-empat  terbesar di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.556.363 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan.
Jumlah tersebut merupakan hasil rekapitulasi sensus penduduk yang dilakukan BPS pada tahun 2010. Seperti yang kita ketahui, BPS melakukan sensus penduduk setiap 10 tahun sekali dengan alasan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun merupakan waktu yang efektif untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan pendudukan. Berikut statistik pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia.
Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia
Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia (Sumber: bps.go.id)
Ketika pemerintah Hindia Belanda mengadakan sensus penduduk tahun 1930, penduduk nusantara berjumlah 60,7 juta jiwa. Pada tahun 1961, ketika sensus penduduk pertama setelah Indonesia merdeka, jumlah penduduk sebanyak 97,1 juta jiwa. Pada tahun 1971 penduduk Indonesia sebanyak 119,2 juta jiwa, tahun 1980 sebanyak 146,9 juta jiwa, tahun 1990 sebanyak 178,6 juta jiwa, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa.

Dampak Peningkatan Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat berdampak pada naiknya tingkat kebutuhan penduduk itu sendiri. Semakin tinggi jumlah penduduk maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan. Berdasarkan tingkatannya, kebutuhan dibagi menjadi tiga, yaitu :
  1. Kebutuhan Primer
    Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus/wajib terpenuhi, artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan mengalami kesulitan dalam hidupnya. Contoh: sandang (pakaian), pangan (konsumsi), papan (tempat tinggal), dan pekerjaan.
  2. Kebutuhan Sekunder
    Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pendidikan, pariwisata, rekreasi, hiburan.
  3. Kebutuhan Tersier
    Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Contoh: mobil, motor, komputer, handphone, tablet, dll.
Dari klasifikasi kebutuhan berdasarkan tingkatan di atas, kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan utama yang wajib dipenuhi masing-masing individu. Namun, tahukah pembaca sekalian bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papannya? Masalah ekonomi merupakan faktor utama tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut.
Salah satu kebutuhan primer yang sulit dipenuhi adalah kebutuhan papan atau tempat tinggal. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan BPS, ada sekitar 33,3% dari 237,6 juta penduduk Indonesia tinggal di tempat tinggal yang bukan miliknya (kontrak atau sewa).
Status Penguasaan Tempat Tinggal di Indonesia
Status Penguasaan Tempat Tinggal di Indonesia (Sumber: bps.go.id)
Berdasarkan data statistik di atas, ada sekitar 79,1 juta jiwa penduduk Indonesia belum memiliki tempat tinggal sendiri. Sulitnya memenuhi kebutuhan papan dikarenakan mahalnya biaya untuk membeli sebuah hunian. Untuk memiliki sebuah rumah yang layak dibutuhkan dana ratusan juta rupiah. Bahkan, untuk daerah kota metropolitan bisa mencapai milyaran rupiah. Sungguh harga yang sangat fantastis. Dengan penghasilan rata-rata keluarga Indonesia yang dapat dikatakan ‘pas-pasan’, dirasa sulit mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Oleh karena itu, keluarga-keluarga Indonesia masih kesulitan untuk membeli hunian yang layak.
Namun, ada cara lain untuk memiliki rumah idaman tanpa harus mengumpulkan dana yang besar dalam waktu singkat. Tentu pembaca pernah mendengar istilah “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi Bukit”. Nah, saat ini istilah itu menjadi landasan ‘filosofi’ sebuah program yang diberi nama KPR. Pernahkah pembaca mendengar istilah KPR? Saya rasa pembaca pasti pernah mendengar istilah “KPR”. Benar sekali, KPR merupakan kepanjangan dari Kredit Perumahan Rakyat. Program ini didesain khusus untuk mempermudah proses kredit atau pembayaran berkala pembelian rumah.
Berikut ini sedikit penjelasan tentang KPR yang saya kutip dari laman http://www.urbanindo.com.
KPR adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak perbankan (Bank) kepada nasabah untuk membeli rumah. Jadi, biaya pembelian rumah akan difasilitasi oleh pihak perbankan diluar Down Payment (DP) yang menjadi tanggungan si pembeli. Keuntungan membeli rumah melalui KPR bagi nasabah adalah tidak harus menyediakan dana secara tunai untuk membeli rumah, nasabah cukup menyediakan  uang muka saja. Bank Indonesia memberlakukan aturan kenaikan uang muka dan Loan to Value (LTV) untuk tahun 2013 paling tinggi sebesar 70% dari nilai total kredit, sehingga pemohon harus menyiapkan DP minimal 30% untuk mengajukan KPR.
Secara umum persyaratan dan ketentuan yang diperlakukan oleh bank untuk nasabah yang akan mengambil KPR relatif sama. Baik dari sisi administrasi maupun dari sisi penentuan kreditnya. Untuk mengajukan KPR, pemohon harus melampirkan:
  1. Warga Negara Indonesia
  2. Telah berumur 21 tahun atau sudah menikah
  3. KTP suami dan atau istri (bila sudah menikah)
  4. Kartu Keluarga
  5. Surat keterangan kerja
  6. Keterangan penghasilan/slip gaji
  7. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
  8. Rekening Koran
Penjelasan di atas sedikit banyak dapat memberikan gambaran tentang KPR. Dengan adanya KPR, untuk memiliki rumah idaman lebih mudah. Semakin dipermudahnya proses perkreditan rumah di Indonesia membuat bisnis properti semakin menjamur. Perumahan merupakan salah satu ‘lahan basah’ bagi para pelaku bisnis properti. Animo masyarakat yang terus meningkat dan keamanan bertransaksi yang lebih baik membuat bisnis properti bidang perumahan terus berkembang.

Perkembangan Bisnis Properti di Indonesia

Perkembangan bisnis properti di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan. Kebutuhan akan tempat tinggal masyarakat Indonesia yang terus meningkat membuat bisnis properti semakin subur. Terlihat dengan banyaknya pembangunan perumahan-perumahan baru termasuk apartemen dengan harga yang murah. Selain itu komponen penunjang kepemilikan rumah juga semakin mudah serta menjangkau beragam lapisan masyarakat, salah satunya dengan kucuran KPR yang melimpah. Bahkan, hampir seluruh bank besar di Indonesia memiliki produk kredit kepemilikan rumah dengan beragam variasi pembiayaan.
Foto Pembangunan Perumahan 1
Foto Pembangunan Perumahan 1
Foto Pembangunan Perumahan 2
Foto Pembangunan Perumahan 2
Disamping harga yang naik dimasa akan datang, properti yang kita miliki juga dapat dijadikan bisnis sewa yang mendatangkan keuntungan pasif. Properti juga bisa dijadikan alternatif untuk melakukan investasi.
Perumahan 1
Perumahan 1
Perumahan 2
Perumahan 2
Namun, dibalik segala bentuk kelebihannya, tentu pembangunan perumahan yang terlalu cepat dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Baik itu dampak positif maupun dampak negatif.

Dampak Pembangunan Perumahan

Peningkatan pembangunan perumahan di Indonesia menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitar. Apa saja dampak-dampak tersebut? Mari kita simak.
Dampak positif pembangunan perumahan:
  1. Mendukung penataan kota
  2. Membuka lapangan pekerjaan
  3. Terbentuknya sarana dan prasarana baru
  4. Terbentuknya jaringan transportasi baru
Dampak negatif pembangunan perumahan:
  1. Perubahan lahan hijau menjadi perumahan
  2. Area resapan air berkurang
  3. Pencemaran lingkungan (kontaminasi air)
Dampak positif dari pembangunan perumahan dapat kita rasakan, mulai dari rapinya tata kota, adanya lapangan pekerjaan baru bagi penduduk sekitar, terbentunya sarana dan prasarana baru serta terbentuknya jaringan transportasi baru.
Selain dampak positif, dampak negatif yang timbul akibat cepatnya pembangunan perumahan perlu diperhatikan dengan baik. Dari ketiga dampak yang disebutkan, semua mengarah pada terganggunya komponen lingkungan hidup seperti udara, tanah dan air.
Perubahan Lahan
Perubahan Lahan (Sumber: http://rumahjabodetabek.com )
Konversi Lahan
Konversi Lahan (Sumber: Antara News)
Kontaminasi-Air
Tidak sedikit perumahan sebelum dibangun merupakan lahan-lahan kosong yang banyak ditumbuhi pepohonan. Namun, dalam waktu 2-3 bulan pepohonan tersebut disulap dengan cepat menjadi rumah-rumah yang tersusun rapi satu sama lainnya. Tentunya hal tersebut dapat mengancam lingkungan karena lahan hijau yang sejatinya mampu mengurangi polusi udara dan menyerap air dapat berkurang. Selain itu, kontaminasi air yang berasal dari limbah rumah tangga juga terus menghantui. Air yang terkontaminasi dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh jika dikonsumsi, sedangkan untuk benda lain seperti pakaian jika dicuci menggunakan air yang terkontaminasi tidak bersih maksimal. Untuk mengatasi dampak negatif tersebut tentunya dibutuhkan solusi yang tepat dari berbagai pihak, baik itu masyarakat maupun pemerintah dan developer (pengembang) perumahan.
Sebagai masyarakat atau pengguna perumahan tentu memiliki tanggung jawab untuk memelihara lingkungan, dapat dengan membuat pekarangan rumah yang hijau, menjaga kebersihan lingkungan, hemat penggunaan sumber daya dan lain-lain. Hal tersebut perlu dilakukan agar dapat membantu terciptanya keseimbangan lingkungan.
Selain masyarakat, pemerintah dan pengembang perumahan merupakan pihak yang memiliki andil besar untuk menjaga kesimbangan lingkungan. Mengapa demikian? Pemerintah berperan dalam hal regulasi dan perizinan sebuah proyek pembangunan, salah satunya pembangunan perumahan. Sedangkan pengembang adalah ‘nahkoda’ dari sebuah pembangunan perumahan. Pengembang bertugas menganalisis, mendesain dan melakukan konstruksi serta pemeliharaan terhadap perumahan yang dibangun.
Pemerintah harus dapat melakukan monitoring terhadap pembangunan-pembangunan perumahan. Mulai dari perizinan, analisis dampak dan lingkungan (AMDAL), sanitasi dan lainnya. Tentu hal tersebut tidak boleh luput dari pengawasan pemerintah.
Pengembang juga harus menerapkan konsep bangunan yang ramah lingkungan. Tidak melulu hanya memikirkan keuntungan tanpa memperhatikan lingkungan. Caranya, dapat menggunakan konsep rumah yang ramah lingkungan dengan tetap menyisakan lahan hijau di pekarangan rumah, memperhatikan analisis dampak dan lingkungan yang tepat serta menggunakan teknologi-teknologi terapan yang mampu mengurangi pencemaran lingkungan.
biority-puskim-pu
Salah satu teknologi terapan yang dapat digunakan pengembang dalam membangun perumahan adalah Biority. Biority (Biologically Purity) merupakan teknologi dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) yang digunakan untuk mengolah air limbah domestik yang berasal dari limbah cair rumah tangga. Air limbah domestik (perumahan) dapat berpengaruh negatif bagi kualitas badan air yang berakibat pada terkontaminasinya air. Hal ini perlu diperhatikan mengingat pentingnya air bagi kehidupan. Jika ditelisik lebih jauh, limbah cair yang dihasilkan dari sebuah perumahan berasal dari:
  1. Limbah dari kamar mandi dan toilet
  2. Limbah dari kegiatan dapur
  3. Limbah dari kegiatan pencucian
Limbah cair rumah tangga umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
  1. Senyawa Fisik
    • Berwarna
    • Mengandung padatan
  2. Senya Kimia Organik
    • Mengandung karbohidrat
    • Mengandung minyak dan lemak
    • Mengandung protein
    • Mengandung unsur detergen dan sabun
  3. Senyawa Kimia Anorganik
    • Mengandung nitrogen
    • Mengandung phospor
    • Mengandung sulfur
  4. Unsur Biologi
Rata-rata karakteristik limbah permukiman (perumahan) adalah sebagai berikut:
  • Konsentrasi BOD di dalam air limbah 200-300 mg/liter.
  • Konsentrasi TSS di dalam air limbah 200-250 mg/liter.
BOD (Biological Oxygen Demand) merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan. Sedangkan TSS (Total Suspended Solid) merupakan zat yang tersuspensi yang biasanya terdiri dari zat organik dan anorganik yang melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan pada air.
BioritySebagaimana diketahui, kontaminasi air akibat aktivitas domestik (permukiman) masih relatif tinggi, sekitar 70-80% (Agenda 21, 1997; World Bank, 2003). Bila sumber air limbah teridentifikasi tidak memenuhi persyaratan, air limbah perlu diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke badan air. Teknologi pengolahan air limbah yang dipilih harus mampu meningkatkan kualitas air effluent secara kimiawi, fisik, dan bakterial. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman PU (PUSKIM PU) menemukan sistem tangki septik bermedia kontak yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mempercepat pembangunan perumahan karena mampu diproduksi secara masal.
Sistem Biority ini terdiri dari tiga kompartemen, masing-masing dilengkapi dengan ruang lumpur, tube settler dan media arang.  Sistem pengaliran air di dalam tangki Biority didasarkan pada  perbedaan permukaan air di dalam tangki dan sistem anaerobik. Penempatan tube settler pada dua kompartemen dan satu kompartemen berupa media arang dimaksudkan untuk meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme, sehingga penggunaan ruang  lumpur akan lebih lama (frekuensi pengurasan tangki lebih jarang) serta mengurangi bau dan warna effluent.

Cara Kerja Biority

biority-cara-kerjaAir limbah dari toilet dialirkan ke kompartemen 1 terjadi dekomposisi lumpur oleh bakteri, mengendap sebagai lumpur, sebagian larut melewati media terdekomposisi oleh bakteri, mengendap sebagian di kompartemen 2, melewati media ke dua terdekomposisi oleh bakteri. Didesinfeksi sebelum kompartemen tiga, pengendapan di kompartemen 3 sebahagian diserap oleh media karbon warna dan bau.
Inti dari sistem tanki septik ini terletak pada media kontak technocell yang bermanfaat bagi mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Mikroorganisme tersebut mempercepat penguraian tinja sehingga ruang lumpur menjadi tidak cepat penuh dan umur pakai tanki septik menjadi lebih panjang dan pengurasan yang lebih jarang. Sistem ini memiliki kemampuan untuk mengolah air limbah rumah tangga dengan mereduksi COD, BOD, dan TSS sampai 75%.
biority-pu
Persentase reduksi COD, BOD, dan TSS (Sumber: http://biority-rotech.info)
Tangki Septik Biority sudah di pasarkan secara nasional dengan sistem pesanan (by order). Tangki septik Biority telah banyak dipasang di Cirebon super blok, perumahan menengah, percontohan penanggulangan pencemaran danau toba di Kabupaten Dairi Sumut, Perumahan Caltek (sebagai uji coba, percontohan penanggulangan endemis di tangerang utara, dll.)
Respon terhapan Tangki Septik Biority dalam tiga tahun terakhir ini sangat positif, dan belum ada keluhan yang signifikan baik terhadap effluent yang dihasilkan maupun performa lainnya. Kriteria desain yang digunakan berdasarkan pada jumlah lumpur tinja 30 – 40 kg/orang/tahun, perioda pengurasan 2-5 tahun, effluent maksimum BOD, COD= 100 ppm, jumlah pemakai dirancang antara 3- 10 orang. Bahan dan konstruksi tutup tangki  adalah FRP.
Biority dirasa mampu menjadi solusi tepat untuk mengatasi permasalahan air limbah domestik yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Secara garis besar, keunggulan yang dimiliki Biority antara lain:
  1. Tanpa memerlukan resapan dan ramah lingkungan
  2. Pemasangan mudah dan cepat
  3. Hemat ruang
  4. Material yang tahan korosi
  5. Air buangan yang dapat langsung dialirkan ke drainase umum
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Biority sangat cocok menjawab permasalahan keseimbangan lingkungan di permukiman padat penduduk. Jika para pengembang atau developer perumahan menggunakan teknologi terapan ini, saya rasa permasalahan No. 3 yang timbul akibat semakin banyaknya pembangunan perumahan bisa di coret seperti ini Pencemaran lingkungan (kontaminasi air).
Selain kelebihan teknis yang dimiliki Biority, ternyata Biority juga masih memiliki kelebihan non-teknis. Apakah kelebihan itu? Ternyata, teknologi terapan besutan Puskim PU ini bisa dijadikan peluang bisnis yang menjanjikan. Saya sempat membaca tulisan yang berjudul “UKM pun Bisa Meraup Untung dari Produk ke-PU-an“. Kurang lebih seperti ini:
Tidak hanya Waskita Karya, Adhi Karya , PP, atau perusahaan-perusahaan besar lainnya saja yang dapat menerapkan produk ke-PU-an (Pekerjaan Umum). UKM dengan modal kecil pun dapat menerapkan teknologi ke-PU-an untuk dijadikan peluang usaha.
Hal ini lah yang ingin disampaikan kepada penggiat UKM nasional dalam sebuah Pameran UMKM yang dikomandoi oleh Kementerian Koperasi dan UMKM di Palangkaraya 12-15 Juli 2012. Badan Litbang (Penelitian dan Pengembangan) Kementerian PU memamerkan beberapa produk teknologi yang mudah dan murah diterapkan oleh pengusaha bermodal kecil. Antara lain Biority, Biofil, Selimut Api, Pavingblock, RISHA, RIKa, Pintu Klep Otomatis, Komposter, ABSAH, dan lain-lain.
Produk-produk yang ditawarkan tersebut telah dilakukan penelitian terhadap fungsionalitas, layak pakai, dan layak produksi, sehingga kualitasnya merupakan kualitas terbaik untuk konsumen dan juga menguntungkan bagi produsen. Namun masih sedikit orang yang mengenal dan menggunakannya, karena sedikitnya aplikator yang memasarkannya.
Ajakan Kementrian PU untuk bekerjasama dengan UKM dalam menerapkan produk-produk ciptaan PU merupakan salah satu terobosan yang sangat baik untuk meningkatkan perekonomian pelaku UKM. Pangsa pasar produk-produk PU masih sangat luas. Jika kerjasama antara PU dan UKM dapat diwujudkan dengan baik, peluang bisnis ini bisa menjadi besar dan mendatangkan keuntungan yang maksimal.
Banyak sekali manfaat yang dapat disumbangkan Kementrian PU untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik. Secara pribadi, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas pengabdian Kementrian PU kepada Indonesia. Teruslah menciptakan inovasi-inovasi terbaru untuk menjawab semua tantangan di Indonesia. Maju terus PU, Maju terus Pemuda, Maju terus Indonesia.
Demikian ulasan mengenai “Biority, Teknologi PU Mengolah Air Limbah Domestik”. Semoga bermanfaat dan memberikan wawasan kepada pembaca sekalian.
Tulisan ini didedikasikan khusus kepada para Pemuda Indonesia agar dapat termotivasi melihat karya-karya bangsa. Wahai pemuda, teruslah berinovasi dan memberikan sumbangsih kepada negara. Jika PU bisa, kita juga pasti bisa.
Salam Perubahan.

sumber

No comments:

Post a Comment