Loading

04 March 2014

Diyakini Memendam Piramida Kuno

Terlepas dari hal mistis yang melingkupi situs ini, sejarah mencatat, sebagian besar peradaban dunia pada masa lampau dibangun di dekat sungai. Peradaban Mesir kuno menggantungkan hidupnya pada Sungai Nil, dan peradaban Tiongkok dibangun di dekat Sungai Kuning, India terdapat di dekat Sungai Gangga, sementara peradaban Mesopotamia dibangun di antara Sungai Tigris dan Sungai Eufrat. Pun demikian dengan peradaban-peradaban yang ada di wilayah Nusantara.
http://img.beritasatu.com/images/medium/1364210007.jpg
Sebut saja Kerajaan Sriwijaya yang terletak di Palembang, Sumatera Selatan sekarang, dibangun di dekat Sungai Musi. Sementara kerajaan besar lain seperti Majapahit dibangun di Hutan Tarik, dekat delta Sungai Brantas. Bukan tanpa alasan peradaban-peradaban ini dibangun di dekat sungai.

Pada masa lampau, ketergantungan manusia akan sungai tak terelakan. Selain sebagai sumber air untuk kehidupan sehari-hari, sungai juga diyakini memiliki banyak manfaat seperti perdagangan, pertanian, bahkan untuk keamanan dari serangan musuh.
Sebagai wilayah yang memiliki banyak sungai besar, diduga banyak peradaban yang dibangun jauh sebelum masa kerajaan bercorak agama Hindu atau Buddha berkuasa.
Lantas apa yang membuat peradaban-peradaban kuno di Indonesia tidak tercatat sebagai peradaban kuno dunia? Beberapa pakar menyebutkan, peninggalan-peninggalan peradaban ini terkubur akibat bencana alam yang sering menimpa wilayah Nusantara.
Tim Katastropik Purba yang dipimpin oleh ahli gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawidjaja mencoba membuktikan hal itu. Setelah menjelajah situs-situs purba di wilayah Indonesia lainnya.
Tim yang diisi dari berbagai pakar bentukan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief ini terpesona dengan situs megalitik Gunung Padang.
Terletak di dekat Sungai Cikuta, Cimanggu, dan Cipanggulaan, situs Gunung Padang diyakini merupakan peninggalan peradaban di wilayah itu yang jauh lebih kuno dibanding peradaban lain di Indonesia yang diketahui. Diduga, gunung yang puncaknya berada di ketinggian 894 meter di atas permukaan laut ini bukanlah sebuah gunung seperti kelihatannya. Gunung ini menjadi pembicaraan ketika Andi Arif pada awal tahun 2011 mengatakan ada sejenis piramida di bawah gunung Padang.
Tim kemudian melakukan pengeboran hingga kedalaman sekitar 25 meter di sisi barat teras dua dan teras lima. Di kedalaman itu hasil georadar dan geolistrik yang dilakukan menunjukan masih adanya bebatuan serupa di permukaan. Untuk teras dua dari hasil carbon dating atau penanggalan karbon diperkirakan struktur berumur 4.700 SM, sementara untuk di teras lima, diperkirakan berumur 10.900 SM.
"Itu menunjukkan usia bangunan. Tapi kami belum percaya 100 persen. Rencananya akan kami bawa ke Amerika Serikat untuk dilakukan penelitian yang lebih sistematis," kata Danny saat dihubungi SP pertengahan tahun lalu.
Danny mengatakan pihaknya tidak hanya melakukan penelitian di situs tersebut, tapi juga ke daerah lain di sekitar situs. Asumsinya, jika betul situs tersebut merupakan sebuah bangunan, maka seharusnya ada masyarakat yang tinggal di sekitar situs.
"Tidak mungkin sebuah bangunan atau monumen berdiri sendiri, pasti ada masyarakatnya," kata Danny.
Namun, penelitian yang dilakukan tim ini mendapat tentang dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan sebagian peneliti. Para LSM ini menganggap penelitian yang dilakukan hanya akan berakibat pada kerusakan situs.
"Mereka tidak mau hal itu terjadi," kata Dadi.
Apapun bentuk dan hasil dari penelitian ini, merupakan satu langkah untuk menguak peradaban di Nusantara yang lama terkubur. Bukan tidak mungkin selain Gunung Padang, terdapat situs peninggalan purbakala lain di Indonesia yang dapat menjadi warisan budaya nasional maupun dunia.

No comments:

Post a Comment