Setelah cukup lama hanya "berani" membaca, kali ini saya akan mencoba
"memberanikan" diri untuk memposting cerita nyata yang dialami salah
seorang saudara terdekat saya. Mungkin kisah ini tak akan terlalu seram,
bahkan cenderung membawa-bawa mitos, atau bolehkah disebut Urband
Legend? Well, entahlah, karena menurut saya kisah ini cukup misterius
diantara kisah-kisah yang pernah saya dengar :) . Dan.. this is it..
Pada
akhir tahun 80'an memasuki tahun 90'an lahirlah seorang saudara sepupu
saya dari budhe di Tasikmalaya, Jawa Barat. Usia kami tak terpaut jauh,
dan kami sama-sama perempuan. Sejak dilahirkan, saudara saya, sebut saja
dede (nama panggilannya), cukup membuat cemas kedua orang tua dan
saudara-saudaranya serta keluarga besar kami.
Bagaimana tidak?
Dia merupakan anak ke 6 dari pakdhe budheku, namun juga merupakan putri
ketiga. Sebab, kedua kakak perempuannya telah berpulang ke rahmatullah
jauh sebelum dirinya dilahirkan. Dan ketika itu, seluruh warga desa
tempat tinggalnya tahu, bahwa bundanya(budheku) menderita suatu penyakit
menyedihkan, dan konyol bagiku, sebuah penyakit kutukan, penyakit
mitos,
dan apalah itu namanya, bahwa bundanya itu tak bisa
memiliki anak perempuan atau jikapun bisa si anak tak akan bertahan lama
untuk hidup. Penyakit ini konon katanya diturunkan dari keluarga
ayahnya, atau suami dari budheku tersebut, dan ditandai dengan adanya
tanda putih dilengan kanannya (entahlah, aku sendiri juga belum pernah
melihat tanda itu). Konyol bukan?
Namun, mitos membuktikan
eksistensinya. Sebelumnya, putri pertama dan kedua lahir dengan sehat,
namun seiring berjalannya waktu kesehatan mereka turun drastis.
Putri
pertama mungkin diasuh sendiri karena memang merupakan anak pertama
mereka, jadi mereka tak ingin melewatkan bagaimana perasaan menjadi
orang tua untuk yang pertama kali nya, entah waktu itu mereka sudah tau
atau belum mengenai adanya penyakit kutukan tersebut. Masih seusia
balita ketika si putri pertama ini berpulang ke rahmatullah. Barulah
mitos ini diyakini.
Ketika si putri kedua lahir, nenekku dan
nenek buyutku sempat merawatnya. Namun karena terjadi perselisihan
antara budheku dan nenek, maka si putri kedua dirawat kembali oleh
ibunya. Kabarnya, budheku ini merupakan seorang wanita yang terlalu
perasa. Mungkin dikarenakan keadaan rumahtangganya yang saat itu sedang
goyah, dia menjadi sangat pemikir.
Hal inilah yang kemudian
dikait-kaitkan dengan alasan kematian si putri pertama dan putri kedua,
tak lama setelah kembali dirawat budhe. Sama halnya dengan keadaan si
putri pertama yang kekurangan asupan makanan, sering menangis, dan badan
kurus kering hingga akhirnya meninggal, putri kedua meninggal dengan
tambahan kejadian yang memilukan hati :
kecelakaan, karena ulah
pengendara yang serampangan. Sungguh, Allah SWT benar-benar mencintai
kedua putri yang sangat cantik-cantik dan lucu itu, hingga mereka
dipanggil dalam usia 5 dan 3,5tahun. Semoga mereka mendapatkan
kebahagiaan di sisi Allah, amin.
Tahun berganti tahun, budhe
telah memiliki 3 putra yang tumbuh sehat. Senang rasa hati budhe karena
telah mengandung lagi anak ke 6 (maklum jaman dahulu slogannya : banyak
anak banyak rejeki :D ).
Namun, sungguh diluar dugaan, anak ke 6
ternyata merupakan seorang bayi perempuan yang lucu dan cantik, banyak
yang bilang mirip dengan kedua kakak perempuannya terdahulu.
Kelahirannya membuat heboh warga desa, akankah mitos terulang kembali?
Akankah si jabang bayi yang lucu ini berpulang ke rahmatullah seperti
kedua kakaknya di usia balita??
Di tengah kekalutan itu, sang
ibu hanya mampu menangis dan bersedih, hingga tak sanggup memberi nama
pada bayinya yang baru lahir. Ya, sampai usia berbulan-bulan, si putri
ketiga ini tak memiliki nama resmi, bahkan surat kelahiran dan akte
sekalipun.. Hmmm..
Sementara itu, jauh di sebuah kota S di Jawa
Tengah, seorang pria sedang kegirangan karena baru saja diramal tentang
kesuksesannya di masa depan. Kesuksesannya itu hanya akan datang bila :
dia memiliki seorang putri.
Tak masalah, pikirnya, toh putranya
baru 2, menambah satu lagi anak dan jika beruntung mendapat seorang
putri kan lumayan bisa sekalian menguji kebenaran ramalan itu.Sungguh
ramalan yang indah..
Maka, pulanglah ia ke rumah, menemui
istrinya yang cantik dan menceritakan tentang ramalan itu. Namun dengan
berbesar hati ia harus menerima, bahwa istrinya yang mengidap asma
terlalu lemah untuk melewati satu persalinan lagi.
Bahkan dokter
sudah mengingatkan di persalinan putra kedua untuk mencukupkan saja
menambah momongan karena kondisi sang istri memang sudah tidak
memungkinkan dan beresiko kematian bila dipaksakan. Di tengah kekecewaan
itu, mereka mendapat kabar kelahiran salah satu keponakan di desa.
Dengan berbinar-binar mereka menemukan satu titik terang. Bisa saja kan
ramalan itu ada kaitannya dengan ini? Maka, berangkatlah mereka ke
Tasikmalaya.
Singkat cerita, di sana mereka menyampaikan maksud
tujuan untuk merawat si jabang bayi yang belom diberi nama itu. Karena
diyakinkan mengenai nasib 2 putri terdahulunya dengan kaitan mitos
kutukan itu, sang ibu hanya bisa pasrah merelakan anaknya diasuh
saudaranya. Sang ibu hanya ingin anaknya memiliki kesempatan hidup, agar
ia bisa menyaksikan si putri ketiga tumbuh besar dan sehat, meski di
tangan orang lain.
Hingga kini putri ketiga sudah diberi nama
(yaiyalaaaah,hehe) dan tumbuh sehat. Dan kabar baiknya adalah keluarga
yang mengasuhnya memang memiliki kesuksesan duniawi, dari yang tadinya
tak berada menjadi berada dan disegani, meski mereka masih tetap rendah
diri.
Putri ketiga juga dicukupi kebutuhannya, namun
identitasnya selalu berusaha ditutupi oleh keluarga besar kami. Hanya
saja sekarang usaha itu gagal, karena si putri ketiga sudah mengetahui
asal usulnya, meskipun melalui banyak versi dan banyak ujian. Pada
akhirnya, dia harus tahu mengenai jati dirinya, dan dia sekarang sedang
berusaha adil pada dua keluarganya itu :) .
Saran saya untuk
hikmah kisah ini adalah : kebenaran mitos itu kembali pada Rahasia
Illahi, hanya Allah Ta'Ala yang Maha Tahu, namun alangkah baiknya kita
sebagai warga muslim khususnya tak perlu berlarut-larut dalam
kepercayaan mitos apalagi ramalan, bagaimanapun memutus hubungan anak
dan ibu kandungnya karena sebuah ramalan itu tak dibenarkan bukan?
Bahkan ramalan itu termasuk tindakan musrik setahu saya, lain kali saya
sertakan sumbernya ya, atau ada yang sudah tahu?
Bagaimana? Tidak
seram ya? Maklumlah, cerita ini hanya berlatarbelakang sebuah mitos,
bukan cerita mengenai penampakan MG, dan si dede merupakan tokoh asli,
nyata, dan hidup dari kisah ini :D .
sumber
No comments:
Post a Comment