Semakin sempitnya lahan di kota-kota besar itulah membuat petani kesulitan berusaha tani, khususnya sayuran. Jika para petani tinggal diam dengan keadaan yang ada, tentunya mereka tidak bekerja untuk memenuhi kehidupan keluarganya.
Menyiasati sempitnya lahan tersebut, Sudibyo Karsono, salah seorang pendiri Parung Farm, di Bogor tidak patah semangat. Baginya, jika selama ini orang beranggapan hidroponik mahal, sehingga kebanyakan petani tidak berani melakukan usahatani moderen ini. Apalagi, ada anggapan bahwa, hidroponik tidak ramah lingkungan karena mengandung cemaran atau zat berbahaya.
Ia kemudian menggunakan hidroponik skala rumahan. Hidroponik yang digunakan Sudibyo itu murah, karena hanya menggunakan pipa paralon yang biasa dipakai untuk saluran pembuangan air. Tujuan agar pemeliharaan dan pemakaian pupuk lebih efisien. Misalnya, jika pada budidaya sayuran biasanya menggunakan pupuk tiga kali, namun dengan menggunakan paralon hanya sekali, karena larutannya dipakai berulang-ulang.
Untuk pertumbuhan, maka media yang digunakan pada hidroponik paralon itu bisa dengan air, dapat pula dengan media tanam selain tanah. Misalkan kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa.
Sedangkan sayuran yang bisa di tanam pada hidroponik paralon di antaranya kangkung, slada, bayam, serta sawi. Sedangkan untuk tanaman sayur buah misalnya tomat sebaiknya digunakan tiang penyanggah atau ajir yang dibuat dari bambu atau tali.
Modal yang digunakan sebenarnya tidak cukup Rp1 juta untuk membeli pipa paralon, pupuk, dan benih, serta kebutuhan lainnya. Jika hidroponik itu ditanami kangkung sebanyak 50 batang dengan bobot 1,5 kg, dibutuhklan 200 liter air serta 1/2 liter pupuk (harganya Rp8000). Menjelang 40 hari kangkung tersebut sudah dipanen.
Omset yang diperoleh sekitar Rp37 ribu setelah dikurangi harga pupuk. Jika usaha hidroponik seluas 100 meter per segi, maka omset yang didapatkan Rp4,5 juta dalam setiap 25 hari. Agar panen dilakukan secara kontinyu, dua pekan sebelum panen sudah harus disemai benih, sebab selesai panen bisa dilanjutkan dengan penanaman baru.
Menurutnya pembuatan hidroponik paralon dengan menggunakan enam pipa berukuran 3 dan 4 inci yang berdiri tegak disambung pada bagian bawahnya hingga membentuk bejana berhubungan. Tubuh pipa tegak itu dilubangi di beberapa titik sebagai tempat tumbuh sayuran yang sebelumnya telah disemai di tanah. Tanaman bisa tumbuh berkat siraman air berisi nutrisi yang terus mengalir di dalam pipa.
Siklus air itu dipompa dengan mesin yang ditempatkan di tengah instalasi. Di ujung atas setiap pipa dipasangi nozzle untuk mencipratkan air nutrisi ke akar-akar tanaman.
Penempatan instalasi itu, sebaiknya di tempat yang terkena matahari langsung dan beratap untuk mencegah air hujan masuk ke lubang-lubang pipa. Sebab, air hujan bisa melenyapkan nutrisi air di dalam pipa. (*)
***
Cara Kerja Hidroponik Paralon
- Pipa paralon berukuran 1 1/4 inci dilubangi dengan diameter 5. Jarak per lubang 15 cm.
- Pipa tersebut dirangkai berjajar. Setiap 1 m2 bisa digunakan untuk menanam sayuran sebanyak 50 tanaman. Rangkaian paralon tersebut dibuat menyerupai kursi, dengan ketinggian 1 meter. Penyangganya digunakan paralon lebih kecil, berdiamter 1/2 inci.
- Setiap lubang diletakkan gelas plastik bekas mineral. Di bagian bawah dilubangi agar larutan pupuk menyerap dalam media tanam. Gelas plastik tersebut diisi arang sekam sebagai tempat menanam sayur. Setiap gelas diisi 1 batang tanaman sayur.
- Sebagi penggerak air irigasi, diperlukan pompa berkekuatan 33 watt yang mampu mengalirkan air setinggi 1,8 meter. Bila kekuatan pompa terlalu kecil menyebabkan aliran irigasi pelan dan menghambat pasokan hara dan oksigen. Akibatnya, pertumbuhan sayur pun ikut lambat.
- Biaya pembuatan desain bangku hidroponik dengan skala 1 m2 sekitar Rp750 ribu per m2. Sedangkan panen yang bisa dihasilkan sebanyak 1,5 kg dalam setiap m2. Harga sayur Rp30 ribu per kg. (*)
sumber
No comments:
Post a Comment