Amerika Serikat berniat mempercepat pengiriman senjata untuk militer
Irak. Pemerintah di Baghdad saat ini bersiap melancarkan operasi militer
buat mengusir militan Islam dari Fallujah dan provinsi Anbar.
Amerika Serikat berniat mempercepat pengiriman senjata ke Irak untuk
membantu militer setempat memerangi kelompok militan Islam yang merebut
kota Fallujah. Joe Biden, Wakil Presiden AS, Senin (6/1) mengutarakan
dukungan penuh Washington ketika berbicara dengan Perdana Menteri Nuri
al-Maliki dan Ketua Dewan Parlemen Irak, Osama al-Nujaifi.Kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) yang berafiliasi dengan al-Qaida, sejak pekan lalu bercokol di provinsi Anbar dan ibukota Ramadi, serta menguasai sebagian besar kota Fallujah.
Jurubicara Gedung Putih, Jay Carney mengatakan pihaknya akan segera mengirimkan rudal dan pesawat pengintai tanpa awak untuk militer Irak. "Kami bekerja erat dengan pemerintah Irak untuk mengembangkan strategi holistik buat mengisolasi kelompok teroris. Kita sudah melihat hasilnya di Ramadi," imbuhnya.
Militer Irak Siapkan Operasi Militer
Kekuatan gabungan antara aparat kepolisian Irak dan milisi kesukuan, Senin (6/1) melancarkan serangan terhadap posisi ISIS di kota Ramadi. "Kami mengusir 90 persen geriliyawan ISIS dari Ramadi," kata salah seorang kepala suku, Ahmad Abu Risha.
"Situasinya saat ini sangat dinamis. Terlalu dini untuk membuat kesimpulan. Tapi kita berupaya menggenjot pengiriman untuk militer Irak," ujar Carney lagi. Amerika Serikat berencana menambah jumlah rudal Hellfire untuk Irak, kata Carney, juga 10 pesawat nirawak Scan-Eagle dan 48 Raven.
Militer Irak saat ini tengah mempersiapkan operasi militer untuk merebut kembali kota Fallujah dan menghalau pejuang ISIS dari provinsi Anbar. Perdana Menteri Nuri al-Maliki mengimbau penduduk dan suku-suku setempat untuk mengusir milisi al-Qaida guna menghindari perang terbuka.
Pemerintah di Baghdad mengatakan akan mempersiapkan kekuatan tempur di luar kota Fallujah dan secara perlahan mengepung posisi kelompok esktremis.
Tawaran dari Iran
Gejolak di Irak mengundang Iran untuk menawarkan bantuan. Teheran, Senin (6/1) mengisyaratkan siap "mengirimkan perlengkapan atau penasehat militer, jika Irak setuju," kata Wakil Panglima Bersenjata Iran, Mohammed Heddshasi.
Tapi bantuan langsung dari Teheran dinilai bisa membakar kembali konflik sektarian yang merajalela di negeri jiran. Kaum Sunni Irak menuding Iran menyokong kebijakan diskriminatif milik pemerintahan Syiah pimpinan al-Maliki.
Iran diyakini memiliki pengaruh yang cukup besar untuk menyelamatkan masa depan politik al-Maliki jelang pemilu, April mendatang. Negara itu punya kedekatan hubungan dengan faksi Syiah yang mendominasi pemerintahan dan militer Irak sejak invasi AS 2003 silam.
No comments:
Post a Comment