Seni sangat
sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Bahwa masing-masing
individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya
atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk
dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium
itu. Ternyata Indonesia juga memiliki kesenian yang erat hubungannya
dengan dunia mistis. Berikut ulasan 10 kesenian yang berbau mistis dari
Indonesia:
Tari Bedhaya
Ketawang adalah sebuah tari yang amat disakralkan dan hanya digelar
dalam setahun sekali. Konon di dalamnya sang Ratu Kidul ikut menari
sebagai tanda penghormatan kepada raja-raja penerus dinasti Mataram.
Menurut kitab
Wedbapradangga yang dianggap pencipta tarian Bedhaya Ketawang adalah
Sultan Agung (1613-1645) raja ke-1 dan terbesar dari kerajaan Mataram
bersama Kanjeng Ratu Kencanasari, penguasa laut selatan yang juga
disebut Kanjeng Ratu Kidul. Sebelum tari ini diciptakan, terlebih dahulu
Sultan Agung memerintahkan para pakar gamelan untuk menciptakan sebuah
gendhing yang bernama Ketawang.
Pada saat
tarian dimulai itulah terasa sekali suasana yang lain daripada biasanya.
Lebih-lebih bila tiba-tiba terdengar suara rebab yang digesek,
mengiringi keluarnya para penari dari Dalem Ageng Prabasuyasa, menuju ke
Pendapa Agung Sasanasewaka.
2. Kesenian Bambu Gila
Bambu Gila
merupakan sebuah tarian dari Maluku yang mengandung unsur mistis.
Sebanyak tujuh pria kuat bertarung melawan sebatang bambu dengan panjang
sekitar 2,5 meter dan berdiameter 8 cm. Saat menyaksikan ini Anda akan
merasakan pengalaman supranatural yang mungkin jarang atau belum pernah
Anda rasakan sebelumnya.
Tarian ini juga
dikenal dengan nama Buluh (bambu) Gila atau Bara Suwen. Pertunjukan ini
bisa ditemui di dua desa yaitu Desa Liang, kecamatan Salahatu, dan Desa
Mamala, kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Di Provinsi Maluku
Utara, atraksi yang bernuansa mistis ini dapat dijumpai di beberapa
daerah di kota Ternate dan sekitarnya.
3. Kesenian Tari Seblang
Bagi warga
Gelagah, Banyuwangi, Jawa Timur, bulan Syawal selalu ditandai dengan
ritual Seblang, yang hanya bisa diperankan seorang gadis perawan.
Tarian Seblang
berawal dari sebuah cerita legenda tentang Ki Saiman, seorang yang sakti
yang berusaha mengobati seekor harimau yang terluka parah di sebuah
mata air yang kini disebut Mata Air Penawar. Tak diduga, saat berendam
di air tersebut berganti wujud menjadi seorang peri cantik dan pandai
menari. Ki Saiman pun terpesona dan menikahi peri tersebut.
Suatu saat,
sang ibu meninggal dunia. Rohnya yang kembali ke kayangan, tiba-tiba
merasuki salah seorang anaknya, yang kemudian menari secara tidak
beraturan. Tarian yang kemudian diberi nama Seblang tersebut dikatakan
membawa berkah dan akhirnya diajarkan kepada keturunan Ki Saiman.
4. Kesenian Tari Angguk
Kesenian Angguk
merupakan satu dari sekian banyak jenis kesenian rakyat yang ada di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian angguk berbentuk tarian
disertai dengan pantun-pantun rakyat yang berisi pelbagai aspek
kehidupan manusia, seperti: pergaulan dalam hidup bermasyarakat, budi
pekerti, nasihat-nasihat dan pendidikan. Dalam kesenian ini juga
dibacakan atau dinyanyikan kalimat-kalimat yang ada dalam kitab Tlodo,
yang walaupun bertuliskan huruf Arab, namun dilagukan dengan cengkok
tembang Jawa. Nyanyian tersebut dinyanyikan secara bergantian antara
penari dan pengiring tetabuhan. Selain itu, terdapat satu hal yang
sangat menarik dalam kesenian ini, yaitu adanya pemain yang “ndadi” atau
pemain itu tidak sadar pada saat puncak pementasannya. Sebagian
masyarakat Yogyakarta percaya bahwa penari angguk yang dapat “ndadi” ini memiliki “jimat” yang diperoleh dari juru-kunci pesarean Begelen, Purworejo.
Tarian angguk
diperkirakan muncul sejak zaman Belanda1, sebagai ungkapan rasa syukur
kapada Tuhan setelah panen padi. Untuk merayakannya, para muda-mudi
bersukaria dengan bernyanyi, menari sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Dari sinilah kemudian melahirkan satu kesenian yang disebut sebagai
“angguk”. Tari angguk biasa digelar di pendopo atau di halaman rumah
pada malam hari. Para penontonnya tidak dipungut biaya karena
pertunjukan kesenian angguk umumnya dibiayai oleh orang yang sedang
mempunyai hajat (perkawinan, perayaan 17 Agustus-an dan lain-lain).
5. Kesenian Tari Andholanan Bahhong
Kesenian nenek
moyang kita memang beragam. Salah satunya hong-bahhong. Berawal dari
kebiasaan masyarakat Desa Katol Barat, Kecamatan Geger memuja
leluhurnya, kini seniman Bangkalan mengangkat tradisi ini dalam bentuk
seni tari berjudul Andholenan Bahhong.
Kesenian ini
memerlukan waktu lama untuk bisa menikmati rangkaian gerak tari
andholanan bahhong. Dibandingkan tari lainnya yang hanya membutuhkan
5-10 menit, tari ini memerlukan waktu hingga 20 menit. Sejak awal tari
dimulai, bulu kuduk kita seakan merinding. Kita serasa berada di
tengah-tengah orang yang sedang memuja leluhur mereka di zaman dahulu.
Kemudian,
keluarlah tujuh orang perempuan cantik yang bergerak tak kalah mistis.
Mereka bergerak seakan sedang melakukan penyembahan pada leluhur mereka.
Membentuk sebuah lingkaran dengan kedua tangan mereka diacungkan ke
atas.
6. Kesenian Tari Barong
7.Kesenian Tari Ronggeng
8. Kesenian Tari Sintren
9. Kesenian Kuda Lumping (Jathilan)
10. Kesenian Tari Janger Sanghyang
6. Kesenian Tari Barong
Barong adalah
karakter dalam mitologi Bali. Ia adalah raja dari roh-roh serta
melambangkan kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda dalam mitologi Bali.
Banas Pati Rajah adalah roh yang mendampingi seorang anak dalam
hidupnya. Banas Pati Rajah dipercayai sebagai roh yang menggerakkan
Barong. Sebagai roh pelindung, Barong sering ditampilkan sebagai seekor
singa. Sendratari tradisional di Bali yang menggambarkan pertempuran
antara Barong dan Rangda sangatlah terkenal dan sering dipertunjukkan
sebagai atraksi wisata.
Barong singa
adalah salah satu dari lima bentuk Barong. Di pulau Bali setiap bagian
pulau Bali mempunyai roh pelindung untuk tanah dan hutannya
masing-masing. Setiap Barong dari yang mewakili daerah tertentu
digambarkan sebagai hewan yang berbeda. Ada babi hutan, harimau, ular
atau naga, dan singa. Bentuk Barong sebagai singa sangatlah populer dan
berasal dari Gianyar. Di sini terletak Ubud, yang merupakan tempat
pariwisata yang terkenal. Dalam Calonarong atau tari-tarian Bali, Barong
menggunakan ilmu gaibnya untuk mengalahkan Rangda.
7.Kesenian Tari Ronggeng
Tari ronggeng
berasal dari Jawa Barat. Tari ronggeng ini secara umum merupakan sebuah
bentuk kesenian tradisional dengan tampilan seorang atau lebih penari.
Biasanya dilengkapi dengan gamelan dan nyanyian atau kawih pengiring.
Penari utamanya
adalah seorang perempuan yang dilengkapi dengan sebuah selendang.
Fungsi selendang, selain untuk kelengkapan dalam menari, juga dapat
digunakan untuk “menggaet” lawan (biasanya laki-laki) untuk menari
bersama dengan cara mengalungkan ke lehernya.
Salah satu
versi tentang Tari Ronggeng ini berkisah tentang seorang puteri yang
ditinggal mati oleh kekasihnya. Siang dan malam sang puteri meratapi
terus kematian orang yang dicintainya. Selagi sang puteri menangisi
jenasah kekasihnya yang sudah mulai membusuk, datanglah beberapa pemuda
menghampirinya dengan maksud untuk menghiburnya. Para pemuda tersebut
menari mengelilingi sang puteri sambil menutup hidung karena bau busuk
mayat. Lama-kelamaan, sang puteri pun akhirnya ikut menari dan menyanyi
dengan nada melankolis.
Mungkin awal
kemistisan tarian ini yaitu saat tari ronggeng digunakan untuk membalas
dendam sehingga seolah-olah tarian ini berbau mistis dan kematian.
8. Kesenian Tari Sintren
Sintren adalan
kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon.
Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah,
antara lain di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes,
Pemalang, Banyumas, dan Pekalongan. Kesenian Sintren dikenal juga dengan
nama lais. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma
mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan
Sulandono.
Sintren
diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang dengan
diiringi gending 6 orang. Dalam perkembangannya tari sintren sebagai
hiburan budaya, kemudian dilengkapi dengan penari pendamping dan bodor
(lawak).
Dalam permainan
kesenian rakyat pun Dewi Lanjar berpengaruh antara lain dalam permainan
Sintren, si pawang (dalang) sering mengundang Roh Dewi Lanjar untuk
masuk ke dalam permainan Sintren. Bila, roh Dewi Lanjar berhasil
diundang, maka penari Sintren akan terlihat lebih cantik dan membawakan
tarian lebih lincah dan mempesona.
9. Kesenian Kuda Lumping (Jathilan)
Kesenian
jathilan adalah kesenian kuda lumping yg di tarikan penari cewek/cowok
berjumlah genap. Tarian Jathilan adalah tarian mistis yg menyatukan
tarian tradisional dengan hal gaib. Jathilan mengkisahkan cerita tentang
prajurit atau kisah warok. Pada kesenian jathilan juga menceritakan
tentang kehidupan jaman dulu yang kehidupanya mencari makan dengan
berburu.
Kisah ini
menceritakan seorang yang sedang berburu babi hutan dengan bantuan
anjing. Ketika pemburu babi mengejar buruannya, babi hutan itu masuk ke
sebuah kubangan lumpur sehungga pemburu itu pun ikut masuk ke kubangan
lumpur tersebut. Seperti pada kisah itu kesenian jathilan juga
menyediakan kubangan lumpur untuk para penari yg menarikan kisah itu dan
ketika kedua penari (anjing dan babi) mulai kesurupan media atraksinya
adalah bergulat di kubangan lumpur sambil memakan sesaji berupa kotoran
sapi/ayam hidup-hidup/ bonggol pisang.
10. Kesenian Tari Janger Sanghyang
Tarian Janger
Sanghyang yang tergolong sakral, unik, dan gaib. Tarian ini sering
dipentaskan di desa Metra, Tembuku, Bangli. Berbeda dengan Jangger saat
ini yang lebih menonjolkan gerakan dan tingah sensualitas, tarian
Jangger Sangyang ini menampilkan adegan berbahaya yakni bermain-main
dengan bara api. Namun hebatnya usai menari tidak satupun diantara
mereka yang mengalami luka bakar.
Tarian tersebut
menampilkan sebanyak sepuluh penari Pria dan sepuluh penari wanita.
Dalam setiap pementasan para penari biasanya kesurupan dan bermain
dengan bara api yang sangat panas. Bahkan tidak jarang pengiring yang
lain juga sering kerangsupan dan ikut larut dalam permainan api.
Selain keunikan
dan kesakralannya tersebut, warga setempat juga meyakini jika tarian
itu tidak dipentaskan dikhawatirkan akan terjadi musibah didesanya.
Sebab, tujuan pementasan tarian ini selain sebagai tarian persembahan
kehadapan Ida Hyang Widi Wasa juga bertujuan untuk memohon keselamatan
dan kemakmuran.
No comments:
Post a Comment